Selasa, 25 Mei 2010

Karena Allah selayaknya Berikhlas

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang iklas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembahNya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya’ dalam beramal.

Sementara secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridho Allah dalam beramal tanpa menyekutukanNya dengan yang lain.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Namun jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyak akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya’ akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridhaNya, dan kebaikan pahalanya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan, atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi Nya; dan demikianlah diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang memiliki semboyan Allahu Gayatuna, Allah tujuan hidup kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya. Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seseorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas.

Sumber : Syaamil Quran ” The Miracle”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar